Sabtu, 30 November 2013

Akibat tidak patuh terhadap orang tua

Daging-daging dan darah qurban itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (QS. Al Hajj [22] : 37).

Berkurban adalah ibadah yang dilaksanakan setelah umat islam melaksanakan sholat idul adha, merupakan penggambaran kecintaan kita kepada Allah Azza Wa Jalla yang telag banyak memberikan kenikmatan kepada kita, mengutip M. Quraish Shihab, secara bahasa kata kurban berasal dari bahasa Al Qur’an qurban, terdiri dari kata qurb yang berarti ‘dekat’ dengan imbuhan an yang mengandung arti ‘kesempurnaan’, sehingga ‘qurban’ yang diindonesiakan dengan ‘kurban’ berarti ‘kedekatan yang sempurna’. Sedangkan secara istilah kurban berarti melakukan ibadah penyembelihan binatang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, Yang disebut juga "udzhiyah" artinya hewan yang disembelih sebagai kurban. 

Ibadah kurban tidak lepas dari kisah bersejarah yang penuh dengan ketinggian tauhid lewat kisah “pengurbanan” Nabi Ismail oleh bapaknya yaitu Nabi Ibrahim, sebuah kisah yang penuh dengan pertentangan batin namun merupakan perintah Allah Azza Wa Jalla yang harus dilaksanakan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS Ash Shaffaat : 102 ). Pengurbanan ini menunjukkan betapa mereka sanggup mempertaruhkan apa saja, demi kepatuhan mereka pada Allah Azza wa Jalla.

Keutamaan kurban dijelaskan oleh sebuah hadist A'isyah, Rasulullah SAW bersabda "Sebaik-baik amal bani adam bagi Allah di hari iedul adha adalah menyembelih kurban. Di hari kiamat hewan-hewan kurban tersebut menyertai bani adam dengan tanduk-tanduknya, tulang-tulang dan bulunya, darah hewan tersebut diterima oleh Allah sebelum menetes ke bumi dan akan membersihkan mereka yang melakukannya" (H.R. Tirmizi, Ibnu Majah). 

Perintah berkurban sebenarnya telah ada di zaman Nabi Adam yang dilaksanakan oleh putra putranya yaitu Qabil dan Habil sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa" (QS Al-Maidah : 27).

Kurban si Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang berupa ternak dan dipilih yang bagus dan gemuk serta dikeluarkan dengan hati tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil mengeluarkan sebagian harta yang berupa hasil hasil pertanian yang jelek-jelek dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah. Itulah mengapa melaksanakan ibadah kurban harus disertai dengan hati yang tulus dan ikhlas dengan disertai rendah hati karena semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah Azza Wa Jalla.

Tidak ada yang sia-sia dalam setiap ibadah yang Allah Azza Wa Jalla syariatkan kepada manusia. pasti ada hikmah dibalik pelaksanaan ibadah itu. Hanya terkadang kita belum mampu menemukan dan mendapatinya. Tapi kalau saja kita mau menelusurinya pasti kita akan menafikan sia-sia. Termasuk dalam melaksanakan ibadah kurban yang dilaksanakan bagi mereka yang mampu dan berkecukupan, Rasulullah SAW mengingatkan : “Dari Abu Hurairah ra, nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati) tempat shalat kami”(Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah). Hadis tersebut merupakan sindiran bagi orang-orang yang mampu dan banyak harta tapi tidak mau berkurban.

Berkurban tidak sekedar mengalirkan darah binatang ternak atau hewan yang dikurbankan, namun lebih dari itu, berkurban berarti ketundukan yang sangat besar terhadap perintah-perintah Allah Azza Wa Jalla, dan sikap menjauhi dari hal-hal yang dilarang-Nya. Hakikat berkurban adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita, seiring dengan di sembelihnya hewan kurban tadi. Karena pada dasarnya manusia memiliki akal dan hawa nafsu, yang mana dengan berkurban juga berusaha menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat yang selalu menyuruh kepada kemunkaran dan kejahatan.

Rasulullah SAW bersabda : "Tiap-tiap rambut yang dikurbankan adalah merupakan "Khair". Ungkapan "Khair" ini mengandung arti keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kemurahan Allah dan kalau orang sudah mendapatkan khairat maka berarti dia telah memperoleh segala-galanya dari Allah.

Ibadah kurban yang dilaksanakan dengan menyembelih hewan ternak merupakan bentuk simbolis bahwa kita juga harus memyembelih kecintaan kita kepada selain Allah Azza Wa Jalla. Karena yang mesti kita cintai hanyalah Allah. Kita patahkan segala macam bentuk kecintaan kita kepada selain Allah. Hanyalah Allah yang mesti kita utamakan. Namun pada prakteknya kita terlalu sering mengutamakan kepentingan-kepentingan dunia dan kebendaan. Allah selalu menjadi urutan nomor sekian dan sekian dalam praktek pengamalan agama kita. 

Kita sering mengatakan bahwa kita cinta Allah, namun pada kenyataannya sudah berapa banyak kita justru menyakiti Allah. Contoh kecil ketika datang panggilan shalat, berapa kali kita sudah mengabaikannya. Allah hanyalah dijadikan simbol yang ada di dinding-dinding rumah kita tanpa ada ruh agama dalam diri kita. Hati kita ini terlalu sering menduakan Allah dan lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan dunia. Memang berkata itu mudah yang terpenting adalah mengamalkannya.

Dengan berkurban juga akan menumbuhkan sifat rendah diri, tidak takabur dan sombong karena ternyata manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuasaan Allah, Berkurban juga ikut memberikan kebahagian kepada fakir-miskin. Sebab tidak semua orang mampu makan dengan daging karena ada saudara-saudara kita yang sehari-harinya hanya makan alakadarnya. Itulah mengapa ibadah kurban sering dikaitkan dengan masalah ubudiyah yang bersifat sosial yang berhubungan dengan sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian harta dan menjadikan kita agar selalu taqwa kepada Allah Azza Wa Jalla.

Berkurban merupakan bentuk nilai keiklasan kita terhadap Allah Azza Wa Jalla. Yang mana merupakan feed back positif terhadap nilai keikhlasan yang telah Allah berikan kepada kita, tentunya kita tidak mampu menghitung berapa banyak keikhlasan dari Allah Azza Wa Jalla yang berwujud nikmat yang telah diberikan untuk hamba-hambanya, Namun, Allah Azza Wa jalla menguji kita dengan sebuah keikhlasan kecil untuk kita dapat dan mau menyembelih hewan kurban yang sebenarnya tidak sebanding dengan kenikmatan yang telah kita terima dari Allah Azza Wa Jalla. Firman Allah “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS al-Kautsar : 1-3).

Dirikanlah sholat dan berkorbanlah yang terdapat dalam surat al-Kautsar tersebut mengandung maksud bahwa sholat merupakan hubungan vertikal dengan Allah untuk mensyukuri nikmat Allah. Hubungan antara sesama manusia secara horisontal diwujudkan bahwa setelah shalat Idul Adha yaitu dengan berkurban memotong hewan ternak berupa kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin.

Kurban bukanlah sebuah tradisi (adat) namun ini adalah perintah langsung Allah Azza Wa jalla yang menguji keiklasan kita untuk berbagi dengan orang lain, karena sebenarnya apa yang telah kita kurbankan tidaklah sampai ke sisi Allah, namun nilai ketakwaan yang sampai dan diakui oleh Allah Azza Wa Jalla, seperti halnya Nabi Ibrahim dan Ismail yang ikhlas akan ketentuan Allah. Jangan sampai terbesit dalam diri kita untuk riya karena telah mampu berkurban, sehingga tanpa kita sadari kita membanggakan diri kita kepada orang lain, maka patutlah kita istighfar karena berqurban juga berarti mengorbankan hawa nafsu kita, kesombongan kita dan kerakusan yang nampak dalam diri kita, maka dengan momen kurban ini, semoga kita senantiasa bertaqarub terhadap Allah, karena qurban adalah wujud kecintaan kita kepada Allah dengan ketaatan dan sesama, dengan saling memberi antara si kaya dan si miskin.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari ibadah kurban yaitu keikhlasan dan ketulusan dalam menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa berat hati, beban, ataupun ketidak tulusan dalam menjalankan perintah Allah, kemudian dalam berkurban akan menumbuhkan sikap sabar dan tawakal serta ketaatan kepada Allah penguasa alam semesta, dan ketaatan adalah buah dari keimanan dan keyakinan yang dalam pada Allah Ar-Rohman

Akhirnya kita bisa mengambil hikmah bahwa ibadah kurban semata-mata dikerjakan sebagai bentuk ke taaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wa Jalla dan semoga momentum kurban tidak dijadikan sebagai ajang untuk unjuk diri. Hanya sekedar memperoleh kenaikan status sosial dalam masyarakat. Apalagi berkurbnan dengan harta yang tidak halal. Jika harta yang diperoleh dengan cara haram, korupsi misalnya, maka seluruh tindakan yang dilakukan dengan harta itu juga haram, meski niatnya untuk kebaikan. 

Nabi bersabda. “Barang siapa yang mendapat harta dengan jalan haram, kemudian ia menyambung silaturahim dengan harta itu, atau bersedekah dengannya, atau menginfakkan di jalan Allah, di hari kiamat nanti ia dan seluruh harta itu akan dikumpulkan dan dilemparkan ke dalam api neraka”. Hadist tersebut menunjukan bahwa harta haram itu tidak bisa memberikan manfaat apapun bagi yang membelanjakannya. Alih-alih bermanfaat, bahkan ia diancam dengan api neraka, semoga kita bukan bagian dari penghuni api neraka. Naudzubillah mindzalik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar