Kamis, 28 November 2013

Indonesia Negeri Impian Orang Jerman

Indonesia, negeri impian? Ternyata tidak hanya pikiran saya. Buktinya, banyak pengunjung di museum tempat memamerkan foto Kampret-Kompasianer hobi jepret yang menyorot keindahan alam dan budaya Indonesia, berdecak kagum dan meluncur keinginan untuk kembali berlibur ke Indonesia atau pensiun di sana. Negeri khayalan di kahyangan.
Bagaimana dengan Kompasianer? Setuju kalau Indonesia itu sebuah negeri impian? Mari mengacungkan jari tinggi-tinggi!
13822974791979073882
Berkhayal tinggal di Indonesia melihat foto Budi Cahya
***
Anak cacat pun diajak ke pameran
Sabtu, 19 Oktober 2013. Kami membuka museum khusus untuk kawan-kawan suami yang berasal dari Rumania (tinggal lama di Jerman) dan orang lokal (Jerman). Mereka ini tinggal agak jauh dari Seitingen-Oberflacht. Paling tidak, butuh satu jam-an mengendarai mobil.
Seperti pesan lesan dari pihak museum dan pemda, kami boleh menyelenggarakanSonder Austellung, pameran spesial (tidak hanya hari minggu, jadwal standar).
Sebanyak 37 tamu hadir. Usai minum kopi/teh, ditemani kue atau di Jerman dikenal dengan Kaffe trinken, acara pun dimulai.
1382297554315992010
Remaja disable juga hadir di pameran foto Kampret
Mula-mula suami saya membuka dengan menceritakan pengalamannya hidup di Semarang dan keliling Indonesia. Saya meneruskan dengan tarian Jawa modern, Abyor. Tarian yang tak kalah seksi dibanding tari perut Arab tapi tak maxi, hanya 5 menit digelar di depan mereka.
Tepuk tangan hadirin membuat saya yakin bahwa sekolah-sekolah di Indonesia harus tetap memberikan pelajaran menari (daerah) di sekolah, seperti yang saya dapat sewaktu TK-SMA. Ini bekal saya menjadi duta Indonesia (mengangkat diri sendiri, daripada tidak ada yang menunjuk) ketika berada di mancanegara. Asli!
Selanjutnya, kami berdua menerangkan gambar-gambar jepretan Kampret, satu per satu.
1382297628785500112
Papan pertama, berisi Kampret
1382297663420824291
Foto Kampret kopdar di Jogja 2013
Oh… dari 37 tamu, salah satunya adalah seorang anak muda berumur 25 tahun. Ia cacat sejak umur 5 tahun (saat itu ia tenggelam dan otaknya kemasukan air). Semenjak itulah, ia hanya bisa mengerang, tergolek, dan duduk. Kata orang tuanya yang begitu sabar merawat dalam segala suasana dan di mana pun berada selalu membawanya, mereka ini yakin bahwa si anak yang divonis tidak normal itu mengerti penjelasan pameran, dan bermanfaat untuknya.
Indonesia, negeri impian!
Minggu, 20 Oktober 2013. Satu jam sejak pukul 13.00, tidak ada seorang pun yang datang. Kami bertujuh menanti dengan sabar. Barangkali karena hujan turun deras, orang enggan datang. Lebih enak menarik selimut.
Pukul 14.00, tamu mulai memasuki museum. Lambat laun semakin banyak. Saya sapa beberapa dari mereka dan sedikit menerangkan tentang museum dan gambar yang ada.
Perbincangan semakin menarik ketika beberapa dari mereka mengatakan sudah pernah ke Indonesia. Backpacker! Sudah banyak yang mereka lihat. Sebabnya, mereka tidak bersama grup tetapi dengan angkutan dan rencana seadanya, tanpa guide tanpa travel agency.
1382297756203621776
Primitif nan unik, Baliem (Papua)
1382297798878711922
Bilang ke mamanya;mau ke Jawa lihat Nyai Roro Kidul
13822978581183937389
Turis Perancis,mengamati cara membatiknya mbak Etha
13822979141106774593
Termangu,mengamati jajaran presiden RI
13822979691494632417
Tawa anak Indonesia jepretan mas Harja,menginspirasi
1382298041429365839
Max terkesan foto keris mas Yus dan mas Bowo
1382298105970485665
Pengunjung hari ini,dari balita sampai lansia
13822981471311211116
Opa-Oma mengamati detil anggota Kampret
1382298192579134564
Contoh kesan-pesan positif dari pengunjung
Adalah Herr dan Frau S dari Durch Hausen. Mereka bahkan mengaku tuman alias mau datang lagi ke Indonesia karenanya. Mereka mengadakan perjalanan dari Ujung Kulon sampai Flores. Papua adalah pulau yang ingin mereka capai berikutnya. Terima kasih, mas Dhave Dhanang untuk jepretan unik di Baliem!
Ada tamu lain yang ke Indonesia, usai diimingi cerita heboh teman dari liburan di Asia, Thailand dan akhirnya terwujud, pergi ke Asia, Indonesia lewat tabungan bertahun-tahun lamanya. Enam minggu di sana.
Sepasang suami-istri lainnya, seumuran 60-an, bahkan mengatakan sedang memikirkan jalan untuk tinggal di negeri kita segera sesudah istri pensiun beberapa tahun lagi. Pengalaman terdahulu berlibur ke Tanah Air (dari Sumatera sampai NTT), sungguh membuat bayangan negeri kayangan selalu di pelupuk mata. Itu letaknya di Indonesia! Thanks to Kampret atas foto pasangan dari Pulau Nias!
Seorang kawan aerobik yang pernah dua minggu holiday di Bali, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Ia bahkan memeluk dan mencium saya dua kali (di pipi). Katanya, pameran ini mengingatkan memori indah bersama negeri kita dengan pasir putih, ramah tamah orang-orangnya, makanan yang sedap dan budaya yang luar biasa adi luhungnya. Itu, baru Bali… belum Kalimantan, Jawa, Sumatera, Papua dan pulau-pulau kecil lainnya, sahabat ….
***
13822986891667389208
Jumpa lagi di pameran, minggu depan.
Demikian laporan pandangan mata untuk sementara, berkaitan dengan pameran foto Kampret yang kali ini diselenggarakan di Jerman hingga penutupan tanggal 27 Oktober 2013 (masih seminggu lagi). Bukan event besar tapi sungguh memberikantolle Eindrück, kesan yang dahsyat (itu kata orang Jerman, lho).
So, so, so… jika orang Jerman (yang majemuk, dari berbagai negeri EU alias banyak pendatang bukan orang Jerman asli) sendiri mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri impian, saya yakin kita sebagai orang Indonesia, memiliki rasa mencintai dan memiliki yang lebih dari para turis yang jauh-jauh datang ke negeri kita untuk menikmati keindahan kharisma katulistiwa. Tak hanya kena imbas westernisasi tetapi juga nasionalis, terpatri dalam diri. Bukankah Indonesia milik bangsa Indonesia sendiri?
Berada di Negeri rantau, saya semakin setuju atas opini orang Jerman ini. Ya, ada sebuah negeri impian yang tak kan terlupakan, yakni… Indonesia! Salam ACI (Aku cinta Indonesia). Selamat malam! (G76)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar